Seseorang yang Tergila-Gila pada PENGHAPUSAN DOSA, Artinya Tergila-Gila dan Mabuk pada DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN
Sebuah Pertanyaan Logika Sederhana bagi Kaum Muslim,
Pertanyaan yang Tidak Pernah Mau Dijawab Kalangan Muslim (FORBIDDEN QUESTION)
Question: Kalau dogma penghapusan, pengampunan, maupun penebusan dosa seperti yang diajarkan agama samawi itu memang benar adanya, lalu, apa yang sesungguhnya benar-benar dilarang dalam agama mereka?
Brief Answer: Babi, disebut “haram”. gaibnya, ideologi berupa
iming-iming KORUP (too good to be true)
semacam “PENGHAPUSAN / PENGAMPUNAN DOSA” maupun “PENEBUSAN DOSA”, disebut
“HALAL” serta dijadikan maskot “halal
lifestyle”. Ini dan itu, (katanya) dilarang. Ini dan itu, (katanya) haram.
ini dan itu, (katanya) dosa. Namun, kesemua itu hanyalah kamuflase bernuansa
politis agar kaum mereka seolah-olah kaum paling superior yang berhak
menghakimi kaum lainnya, seakan-akan “polisi moral”. Namun, ujung-ujungnya
ialah mabuk yang kecanduan “PENGHAPUSAN DOSA” (abolition of sins). Bung, hanya seorang PENDOSA yang butuh
“PENGHAPUSAN DOSA”! Itu “Agama SUCI”
ataukah “Agama DOSA”, yang justru mempromosikan gaya hidup ala “KORUPTOR DOSA”
alih-alih meng-kampanyekan cara hidup higienis dari dosa?
Untuk memuliakan Tuhan, ialah dengan menjadi seorang
manusia yang mulia, bukan dengan menjadi seorang PENDOSA PECANDU “PENGHAPUSAN
DOSA”. Antara “PENGHAPUSAN DOSA” dan “DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN”, sifatnya
ialah saling komplomenter alias bundling satu paket. Namun, para PECANDU
“PENGHAPUSAN DOSA” tersebut, merupakan pemalas yang begitu pemalas untuk
menanam benih-benih Karma Baik untuk mereka petik sendiri buah manisnya di
kehidupan mendatang, dan disaat bersamaan begitu pengecut untuk
bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan buruknya sendiri yang telah pernah
menyakiti, merugikan, maupun melukai korban-korban mereka. Masih juga, mereka (para
PENDOSA tersebut) berdelusi sebagai kaum paling superior yang berhak menghakimi
kaum lainnya, sekalipun sejatinya merupakan kasta paling rendah dan paling
hina, disamping paling dangkal “standar moral”-nya.
PEMBAHASAN:
Apakah Anda selama ini merasa penasaran, mengapa
agama samawi begitu laku peminat bak “kacang goreng”? Karena dunia ini tidak
pernah kekurangan para PENDOSA PENGECUT PECANDU PENGHAPUSAN DOSA. Kabar gembira
bagi PENDOSA, sama artinya kabar buruk bagi kalangan KORBAN. PENDOSA manakah,
yang tidak tergiur untuk berlomba-lomba memeluk ajaran “Agama DOSA” berikut:
- BERZINA, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, BERZINA adalah HALAL Hukumnya.
- MABUK ALKOHOL, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, MINUM ALKOHOL adalah HALAL Hukumnya.
- MENCURI, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, HIDUP DARI MENCURI adalah HALAL Hukumnya.
- BERBOHONG, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, BERKATA DUSTA adalah HALAL Hukumnya.
- MEMBUNUH, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, MENUMPAHKAN DARAH adalah HALAL Hukumnya.
- MERAMPOK, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, MENJADI PENYAMUN adalah HALAL Hukumnya.
- MENGANIAYA, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, MAIN HAKIM SENDIRI adalah HALAL Hukumnya.
- MENYUAP, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, MENJADI KORUPTOR adalah HALAL Hukumnya.
- MEMPERKOSA, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, RUMAH BORDIL adalah HALAL Hukumnya.
- MEMPERBUDAK, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, MENJAJAH adalah HALAL Hukumnya.
- BERSIKAP DIKTATOR, adalah
DOSA. “PENGHAPUSAN DOSA”, HALAL. Maka, MENJADI OTORITER ANTI KRITIK adalah
HALAL Hukumnya.
- MAKAR, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, KUDETA adalah HALAL Hukumnya.
- BERKHIANAT, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, BALAS AIR SUSU DENGAN AIR TUBA adalah HALAL Hukumnya.
- PUTAR-BALIK FAKTA, adalah
DOSA. “PENGHAPUSAN DOSA”, HALAL. Maka, SUMPAH PALSU adalah HALAL Hukumnya.
- INGKAR JANJI, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, IMING-IMING PALSU adalah HALAL Hukumnya.
- MEMANGSA ORANG LAIN, adalah
DOSA. “PENGHAPUSAN DOSA”, HALAL. Maka, MENJADI SERIGALA BAGI SESAMANYA (homo homini lupus) adalah HALAL Hukumnya.
- TIDAK BAYAR HUTANG, adalah
DOSA. “PENGHAPUSAN DOSA”, HALAL. Maka, BAWA MATI SEGUNUNG HUTANG adalah HALAL
Hukumnya.
- MEMANIPULASI ORANG LAIN,
adalah DOSA. “PENGHAPUSAN DOSA”, HALAL. Maka, MENJADI MANIPULATOR ULUNG adalah
HALAL Hukumnya.
- MENUSUK ORANG DARI BELAKANG,
adalah DOSA. “PENGHAPUSAN DOSA”, HALAL. Maka, MENYALAH-GUNAKAN KEPERCAYAAN adalah
HALAL Hukumnya.
- BERBUAT DOSA, adalah DOSA. “PENGHAPUSAN
DOSA”, HALAL. Maka, MENJADI PENDOSA YANG BERDOSA DAN PENUH DOSA adalah HALAL
Hukumnya.
Konsekuensi dibalik memakan dan termakan dogma-dogma
KORUP semacam “PENGHAPUSAN / PENGAMPUNAN DOSA” maupun “PENEBUSAN DOSA” (abolition of sins), para PENDOSA PECANDU
PENGHAPUSAN DOSA tersebut menjadi tidak malu dan tidak takut berbuat DOSA, bahkan
merasa bangga dapat berlomba-lomba berkubang dalam kubangan dosa, memproduksi
segudang dosa, mengoleksi segunung dosa, dan menimbun diri dengan lautan dosa-dosa.
Vonis hidup dan mati-nya mereka sudah sangat jelas, yakni di-vonis menjadi
seorang : PENDOSA PEMALAS PENGECUT PECANDU PENGHAPUSAN DOSA.
Bertolak-belakang dengan di atas, tidak ada
kompromi terhadap “kekotoran batin” serta tidak meremehkan “kekotoran batin”
yang bersarang dalam diri masing-masing dari diri kita, sebagaimana khotbah Sang
Buddha dalam “Aṅguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang
Buddha, JILID IV”, Judul Asli : “The Numerical
Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāḷi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012,
terjemahan Bahasa Indonesia tahun 2015 oleh DhammaCitta Press, dengan kutipan
sebagai berikut:
71 (7) Pengembangan
“Para bhikkhu, ketika seorang
bhikkhu tidak bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia berkehendak:
‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan!’ namun
pikirannya tidak terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan. Karena
alasan apakah? Karena ia tidak memiliki pengembangan. Tidak memiliki
pengembangan apakah?
(1) Empat penegakan perhatian,
(2) empat usaha benar,
(3) empat landasan kekuatan
batin,
(4) lima indria spiritual,
(5) lima kekuatan,
(6) tujuh faktor pencerahan,
dan
(7) jalan mulia berunsur delapan.
“Misalkan ada seekor ayam
betina dengan delapan, sepuluh, atau dua belas butir telur yang tidak ia
tutupi, tidak ia erami, dan tidak ia pelihara dengan baik. [126] Walaupun ia
berkehendak: ‘Semoga anak-anakku menusuk cangkang mereka dengan ujung cakar
atau paruh mereka dan menetas dengan selamat!’ namun anak-anak ayam itu tidak
mampu melakukannya. Karena alasan apakah? Karena ayam betina itu tidak
menutupi, tidak mengerami, dan tidak memelihara telur-telurnya dengan baik.
“Demikian pula, ketika seorang
bhikkhu tidak bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia
berkehendak: ‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui
ketidak-melekatan!’ namun pikirannya tidak terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan.
Karena alasan apakah? Karena ia tidak memiliki pengembangan. Tidak memiliki
pengembangan apakah? Empat penegakan perhatian … jalan mulia berunsur delapan.
“Para bhikkhu, ketika seorang
bhikkhu bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia tidak
berkehendak: ‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui
ketidakmelekatan!’ namun pikirannya terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan.
Karena alasan apakah? Karena pengembangannya. Pengembangan apakah?
(1) Empat penegakan perhatian,
(2) empat usaha benar,
(3) empat landasan kekuatan batin,
(4) lima indria spiritual,
(5) lima kekuatan,
(6) tujuh faktor pencerahan,
dan
(7) jalan mulia berunsur
delapan.
“Misalkan ada seekor ayam
betina dengan delapan, sepuluh, atau dua belas butir telur yang ia tutupi, ia
erami, dan ia pelihara dengan baik. Walaupun ia tidak berkehendak: ‘Semoga
anakanakku menusuk cangkang mereka dengan ujung cakar atau paruh mereka dan
menetas dengan selamat!’ namun anak-anak ayam itu mampu melakukannya. Karena
alasan apakah? Karena ayam betina itu telah menutupi, mengerami, dan memelihara
telur-telurnya dengan baik.
“Demikian pula, ketika
seorang bhikkhu bertekad pada pengembangan, maka bahkan walaupun ia tidak
berkehendak: [127] ‘Semoga pikiranku terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan!’
namun pikirannya terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan. Karena
alasan apakah? Karena pengembangannya. Pengembangan apakah? Empat penegakan perhatian
… jalan mulia berunsur delapan.
“Ketika, para bhikkhu, seorang
tukang kayu atau murid tukang kayu melihat cetakan jari tangannya pada gagang
kapaknya, ia tidak mengetahui: ‘Aku telah membuat aus sebanyak ini pada gagang
kapak hari ini, sebanyak ini kemarin, sebanyak ini pada hari sebelumnya’;
melainkan ketika gagang kapak itu menjadi aus, ia mengetahui bahwa gagang
kapaknya telah menjadi aus. Demikian pula, ketika seorang bhikkhu bertekad pada
pengembangan, walaupun ia tidak mengetahui: ‘Aku telah mengikis noda-noda sebanyak
ini hari ini, sebanyak ini kemarin, sebanyak ini pada hari sebelumnya,’ namun
ketika noda-nodanya terkikis, ia mengetahui bahwa noda-nodanya terkikis.
“Misalkan, para bhikkhu, ada
sebuah kapal layar yang terikat dengan tali yang telah usang di dalam air
selama enam bulan. Kapal itu akan ditarik ke darat selama musim dingin dan
talinya akan diserang lebih jauh lagi oleh angin dan matahari. Dibasahi oleh hujan,
tali itu akan menjadi lapuk dan membusuk. Demikian pula, ketika seorang
bhikkhu bertekad pada pengembangan, maka belenggu-belenggunya menjadi runtuh
dan membusuk.” [128]
Orang suci manakah, yang butuh “PENGHAPUSAN DOSA”?
Orang baik manakah, yang butuh “PENGAMPUNAN DOSA”? Orang bertanggung-jawab dan
berjiwa ksatria manakah, yang butuh “PENEBUSAN DOSA”? Hanya PENGECUT dan KORUTOR
DOSA, yang butuh dogma-dogma KORUP demikian—kesemuanya dikutip dari
Hadis Sahih Muslim:
- No.
4852 : “Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Ku dengan membawa kesalahan sebesar isi
bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan
ampunan sebesar itu pula.”
- No.
4857 : “Barang siapa membaca
Subhaanallaah wa bi hamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus
kali dalam sehari, maka dosanya akan
dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.”
- No.
4863 : “Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengajarkan kepada orang yang baru masuk Islam dengan do'a;
Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
tunjukkanlah aku, dan anugerahkanlah aku rizki).”
- No.
4864 : “Apabila ada seseorang yang masuk
Islam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarinya tentang shalat kemudian
disuruh untuk membaca do'a: Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii wa'aafini
warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku,
kasihanilah aku, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku dan anugerahkanlah aku
rizki).”
- No.
4865 : “Ya Rasulullah, apa yang sebaiknya
saya ucapkan ketika saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha
Agung?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ketika kamu
memohon kepada Allah, maka ucapkanlah doa sebagai berikut; 'Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
selamatkanlah aku,”
- Aku
mendengar Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Jibril menemuiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya siapa saja
yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga.” Maka saya bertanya,
‘Meskipun dia mencuri dan berzina? ‘ Nabi menjawab: ‘Meskipun dia mencuri dan juga berzina’.” [Shahih
Bukhari 6933]
- Dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata :
Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Allah
ta’ala telah berfirman : “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi.
Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai
setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi
ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan
sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan
sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih) [Tirmidzi No.
3540]
PENDOSA
PECANDU PENGHAPUSAN DOSA, namun hendak berceramah perihal akhlak, hidup suci,
baik, mulia, lurus, adil, luhur, serta agung? Itu menyerupai ORANG BUTA yang
hendak menuntun para butawan lainnya, neraka pun dipandang sebagai surga, dan
berbondong-bondong mereka terperosok menuju lembah-jurang-nista yang begitu
dalam tanpa jalan kembali (point of no
return) akibat dosa-dosa mereka yang “menggunung” telah menjelma “too big to fall”—juga masih dikutip dari
Hadis Muslim:
- No.
4891. “Saya pernah bertanya kepada Aisyah
tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memohon kepada Allah Azza wa Jalla. Maka Aisyah
menjawab; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa
sebagai berikut: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan
yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4892. “Aku bertanya kepada Aisyah tentang
do'a yang biasa dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia
menjawab; Beliau membaca: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku
lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4893. “dari 'Aisyah bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di dalam do'anya membaca: ‘Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari keburukkan
sesuatu yang telah aku lakukan, dan dari keburukkan sesuatu yang belum aku
lakukan.’”
- No. 4896. “dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bahwasanya beliau pemah berdoa sebagai berikut: ‘Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan, dan
perbuatanku yang terlalu berlebihan dalam urusanku, serta ampunilah
kesalahanku yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah aku dalam kesungguhanku, kemalasanku, dan ketidaksengajaanku serta kesengajaanku yang semua itu ada pada
diriku. Ya Allah, ampunilah aku atas
dosa yang telah berlalu, dosa yang mendatang, dosa yang aku samarkan, dosa yang
aku perbuat dengan terang-terangan dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya
daripada aku,”
- Aisyah
bertanya kepada Rasulullah SAW, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya
bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu
maupun yang akan datang? Rasulullah menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi
seorang hamba yang banyak bersyukur?” [HR
Bukhari Muslim]