Sekalipun Muslim Solat Seribu Kali dalam Sehari, Tetap Saja Bernasib dan Berakhir sebagai Seorang PENGECUT juga PEMALAS
Question: Apakah akan ada gunanya, sekalipun para muslim solat seribu kali dalam sehari?
Mengungkap dan Memberdayakan Diri dengan Kekuatan Dibalik Tulisan & Karya Tulis. Membedah, Memetakan, dan Membangun Pikiran Lewat Kekuatan Kata serta Tulisan yang Menggugah serta Tidak Mainstream, Mereformasi Pikiran dan Daya Perspektif, SENITULIS.COM
Sekalipun Muslim Solat Seribu Kali dalam Sehari, Tetap Saja Bernasib dan Berakhir sebagai Seorang PENGECUT juga PEMALAS
Question: Apakah akan ada gunanya, sekalipun para muslim solat seribu kali dalam sehari?
Misi Hidup Umat Agama Islam (Muslim) : menjadi PENJAHAT (PENDOSA yang Mabuk dan Kecanduan PENGHAPUSAN DOSA)
Jadi Orang Baik-Baik, Barulah Tidak “ISLAMI”. Menjadi
PENDOSA YANG BUTUH PENGHAPUSAN DOSA”, Barulah “ISLAMI” dan Tidak “Merugi”
Question: Tidak jarang saya mengenal atau berjumpa muslimah yang mengenakan busana agamais (jilbab atau hijab), tapi ternyata moralnya bobrok, suka bohong, nipu, culas, ingkar janji, menyakiti, ataupun kejahatan lainnya. Itu adalah muslimah yang disebut “oknum”, ataukah memang seperti itu umat muslim yang sejati?
Pembenaran Diri (Ideologi HAPUS DOSA) Sejatinya
Memelihara Noda-Noda Kekotoran Batin
Dogma-Dogma Agama Samawi “As a Tool of CRIME”—“PENGHAPUSAN DOSA” Selalu Bundling dengan “DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN”
Question: Apakah yang dimaksud dengan istilah “pembenaran diri”? Apakah bisa, dogma-dogma keagamaan (justru) dijadikan alat sempurna untuk melakukan “pembenaran diri” untuk melakukan kejahatan?
“Believing In God” Membuat Umat Manusia Menjelma KORUPTOR DOSA
Agama Samawi Tidak Perlu Ada dan Sudah Saatnya
Diperangi oleh Segenap Umat Manusia, Demi Menjaga Kemanusiaan yang Masih
Tersisa di Dunia Ini
Question: Di Indonesia, penduduknya dikenal super “agamais”, ini dan itu serba berbau agama, berbusana agama, menggunakan terminologi agama, rajin beribadah, lebih Arab daripada orang Arab, rumah ibadah tumbuh bak jamur di musim penghujan, ayat-ayat kitab dikumandangkan lima kali sehari, glamor tentang ritual keagamaan, cemarah-ceramah tentang perintah maupun larangan Tuhan didengung-dengungkan, namun mengapa mereka yang mengaku mengimani (adanya) Tuhan tersebut justru selama ini kerap berbuat jahat terhadap sesama manusia maupun terhadap hewan dan alam?
Seseorang yang Tergila-Gila pada PENGHAPUSAN DOSA, Artinya Tergila-Gila dan Mabuk pada DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN
Sebuah Pertanyaan Logika Sederhana bagi Kaum Muslim,
Pertanyaan yang Tidak Pernah Mau Dijawab Kalangan Muslim (FORBIDDEN QUESTION)
Question: Kalau dogma penghapusan, pengampunan, maupun penebusan dosa seperti yang diajarkan agama samawi itu memang benar adanya, lalu, apa yang sesungguhnya benar-benar dilarang dalam agama mereka?
AGAMA DOSA Butuh DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN
Tidak ada yang Lebih Kotor dan Korup daripada
KORUPTOR DOSA
Question: Negara, dalam hal ini pemerintah, setiap tahunnya membuat dan menerbitkan begitu banyak aturan hukum, undang-undang, peraturan, dan sejenisnya. Apakah tujuan dibentuknya begitu banyak aturan-aturan hukum yang sudah menggunung seperti sekarang ini, betul-betul dapat menekan tingginya angka kejahatan di masyarakat, ataukah itu hanya ilusi atau harapan semu belaka?
Sang Buddha : “Kami tidak akan pernah dengan sengaja
membunuh makhluk hidup, bahkan demi hidup kami.”
Sang Buddha Mempromosikan PENYELIDIKAN dan MELAKUKAN PENYELIDIKAN
Question: Dimana-mana, terutama di Aceh, ada muslim yang memandang dirinya adalah “polisi moral” (polisi syariat jinayat). Mereka menangkap-nangkapi warga yang mereka sebut “kedapatan melanggar hukum syariat islam”, lalu menghukum penduduk tersebut seperti merajam dengan alasan berbuat maksiat seperti berzina. Para muslim, memandang kaum mereka sebagai kaum yang paling superior, yang berhak untuk menghakimi pihak maupun kaum lainnya. Itu adalah delusi kalangan muslim, ataukah memang umat agama islam adalah orang-orang “suci”? Begitupula begitu bangganya para muslim atas hukum islam yang memotong tangan pencuri.
Jebakan Mental dalam Islam, Semakin Memakan dan Termakan Ideologi KORUP Bernama PENGHAPUSAN DOSA, Semakin Terjerumus Kian Dalam Kedalam Jurang DOSA
Question: Para muslim ngotot dan bersikukuh bahwa agamanya adalah “agama suci” dan tetap berdelusi sebagai kaum paling superior, meskipun tidak mampu membantah bahwa agama islam sejatinya adalah “agama dosa” yang mempromosikan “penghapusan dosa” alih-alih mengkampanyekan gaya hidup higienis dari dosa, dan sekalipun hanya seorang pendosa yang butuh iming-iming korup semacam “penghapusan atau pengampunan dosa”. Terhadap dosa dan maksiat, para muslim begitu kompromistik. Ada “pengampunan dosa”, kata mereka, dan itu doa mereka setiap harinya dan sepanjang hidup. Namun terhadap kaum yang berbeda keyakinan, mereka begitu intoleran. Babi disebut “haram”. Akan tetapi ideologi korup semacam “penghapusan dosa” atau sejenisnya mereka sebut sebagai “halal” serta dijadikan “halal lifestyle”. Mengapa para muslim ini, begitu keras kepala, masih juga merasa bangga, dan memaksa orang lain untuk menjadi seperti mereka?
Tidak Ada Muslim yang Baik, Hanya Orang Jahat yang Tertarik Masuk Islam
Pengalaman nyata terbaru dari penulis berikut ini, merupakan satu dari segelintir kecil contoh konkret betapa kita senantiasa akan dijadikan “KORBAN” oleh kalangan muslim. Singkat kata, pengalaman demi pengalaman pahit berurusan dengan kalangan muslim, semakin kian kita tiba pada kesimpulan tidak terbantahkan bahwa orang-orang beragama islam (kaum muslim) adalah orang-orang JAHAT.
ORANG BUTA Merayakan IDUL ADHA, Buat Jahat
(Menyembelih dan Menumpahkan Darah) Diyakini sebagai Baik dan Ditiru (Pesugihan
Anak)
Hanya ORANG PURBA ZAMAN BATU yang Masih Mempraktikkan Kurban Hewan
Question: Agama yang melestarikan dan memelihara praktik tidak beradab seperti menyembelih hewan ternak sebagai bagian dari ritual atau rituil, sudah ada sejak zaman prasejarah yang dilakukan oleh manusia-manusia zaman batu purbakala. Mengapa hingga saat kini, ritual hewan korban yang haus-darah semacam itu masih juga dilestarikan bahkan dirayakan oleh agama samawi sekalipun zaman prasejarah sudah lama berlalu?
Mengapa Berjud! Maupun Korupsi, Begitu Adiktif dan
Membuat Kecanduan Pelakunya?
Ada yang Lebih Adiktif dan Membuat Mabuk serta Kecanduan daripada Jud!, yakni Ideologi KORUP Bernama “PENGHAPUSAN DOSA” alias “KORUPSI DOSA”
Question: Mengapa main jud! bisa begitu membuat kecanduan para pemainnya? Sudah merugi banyak, tapi terus saja mereka bermain jud!, mengapa dan psikologi manusia semacam apakah yang sebetulnya terjadi pada diri mereka, sehingga mereka terus tergila-gila dan dikuasai olehnya?
Tidak Semua Agama Sama, “AGAMA SUCI” Vs. “AGAMA DOSA” Ibarat Surga dan Neraka
Question: Banyak sekali orang Indonesia yang jahat, namun disebut sebagai “oknum”. Namun mengapa “oknum”-nya ini jumlahnya kebanyakan dan terkesan berjemaah. Lihat saja kantor-kantor pemerintahan seperti BPN, sekalipun pejabatnya dan generasi silih-berganti, tetap saja warga dijadikan sapi perahan objek pungutan liar. Jangankan pejabat negara, sekelas Ketua RT maupun Ketua RW saja meng-korupsi iuran warga maupun dari uang sewa kios-kios yang dibangun diatas tanah milik RT maupun RW, penyaluran bantuan sosial dari pemerintah secara tidak tepat sasaran, dan lain sebagainya.
Agama Suci Tidak Mentolerir Kekotoran Batin, Terlebih Meremehkan Bahaya Dibalik Perbuatan Buruk Sekecil Apapun
Question: Terhadap dosa dan maksiat, begitu kompromistik. Namun, mengapa terhadap kaum yang berbeda keyakinan, mereka bisa begitu intoleran? Lalu, dimana letak “suci”-nya dari agama yang justru menghalalkan ideologi korup bernama “penghapusan dosa”, selain sekadar klaim kosong belaka? Ideologi komun!sme saja tidak mengajarkan dogma-dogma korup bagi “koruptor dosa” semacam itu, sehingga mengapa justru komun!sme yang dijadikan sebagai ideologi terlarang di republik ini?
Akat Penyakit Bangsa Indonesia yang KORUP, ialah Agama DOSA yang Mempromosikan Gaya Hidup KORUPSI DOSA
Question: Mengapa, selama satu abad paska kemerdekaan ini pejabat negara silih-berganti berganti pejabatnya. Silih-berganti generasi tua digantikan generasi baru para penduduk dan warga kita di Indonesia. Namun orang Indonesia tetap saja banyak yang jahat, suka bohong, suka nipu, suka menganiaya, suka persekusi, suka menghakimi, suka ingkar janji, suka korupsi, suka vandalisme, suka mencuri, suka berzina, suka memeras, dan premanis yang kerap “menyelesaikan setiap masalah dengan kekerasan fisik”? Itu bukankah namanya “mendarah-daging” alias sudah jadi budaya? Selama ini banyak pengamat menilai kurangnya faktor pendidikan dan ibadah, namun apakah Indonesia pernah kekurangan kaum “agamais” maupun mereka yang memiliki pendidikan formal?
Betapa TIDAK BIJAKSANANYA Paus Fransiskus Junjungan para Umat Kristiani / Nasrani
Bang Napi sudah sejak lama memberikan pesan bijak : “Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat jahat si pelaku, namun juga karena ada kesempatan.” Akan tetapi, junjungan tertinggi umat kristen, yakni Paus Fransiskus, justru secara tidak bijaksana menggoda para teroris untuk beraksi bahkan juga mencoba-cobai Tuhan dengan membuka kaca mobilnya saat berkendara di Jakarta dalam kunjungannya pada tahun 2024 lampau, membuat “gerah” para petugas keamanan di Indonesia. Alih-alih mengkritik perilaku junjungannya tersebut, para kristen bagai orang buta, justru memuji perbuatan sang junjungan. Itulah ciri khas ajaran kristen, yang tercela justru dipandang sebagai terpuji, begitupula sebaliknya, sebagaimana sikap yesus yang justru memasukkan ke surga kedua penjahat yang disalib bersama yesus.
Lebaran / Idul Fitri maupun Hari Raya Kemenangan bagi Para KORUPTOR DOSA
Question: Para muslim selama ini bilang, sehabis berpuasa selama sebulan penuh di bulan ramadhan, maka para muslim “kembali fitri”, karena seluruh dosa-dosanya selama setahun dihapuskan. Bukankah itu artinya bukan “kembali ke kesucian”, namun “kembali berkubang dalam dosa” dan “kembali menimbun diri dengan segunung dosa” serta “kembali mengoleksi segudang dosa” selama setahun ke depan sampai kembali bertemu bulan ramadhan untuk melakukan ritual “hapus dosa-dosa setahun”? Bukankah hanya seorang pendosa, yang memakan dan termakan dogma “pengampunan atau penghapusan dosa” maupun “penebusan dosa”?
PENDOSA Sukanya Memeluk Agama DOSA dan Benci terhadap Agama SUCI
Question: Banyak para pemeluk agama samawi, agama yang kini menjadi agama mayoritas yang menyerupai hegomoni dunia, mencoba menyerang Buddhisme dengan menuding bahwa jika Agama Buddha adalah bagus adanya, maka mengapa saat kini Agama Buddha menjadi agama minoritas di dunia, yang bahkan di Nusantara agama mayoritas nenek-moyang kita berubah atau beralih dari Buddhist menjelma pemeluk agama-agama samawi seperti islam maupun kristen?
Yang disebut tobat / taubat, artinya benar-benar menyesali perbuatan buruknya, jujur mengakui perbuatan buruknya, introspeksi diri, serta bertekad untuk memperbaiki diri serta bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan buruknya sendiri yang telah pernah menyakiti, melukai, maupun merugikan pihak-pihak lainnya.
Dunia Ini Lebih Banyak Dihuni Para Manusia PENDOSA, Pemeluk AGAMA DOSA
Question: JIka agama Buddha bagus, kenapa kemudian muncul agama-agama baru lainnya dan kini agama Buddha justru jadi agama minoritas di dunia, di Indonesia, bahkan di India sendiri?
Yang Betul-Betul Menyesali Perbuatannya, ialah Mereka yang Berani untuk Bertanggung-Jawab Atas Perbuatan-Perbuatan Buruk Mereka Sendiri—Kaum KSATRIAWAN
Kaum PENGECUT, Mabuk dan Kecanduan Doa Permohonan PENGHAPUSAN
DOSA
Hanya kaum ksatriawan, yang siap-berani untuk tampil bertanggung-jawab terhadap korban-korbannya yang telah pernah ia sakiti, lukai, maupun rugikan. Bandingkan dengan sikap kaum PENGECUT bernama umat pemeluk agama samawi (islam dan kristen / nasrani) yang justru meminta pengampunan dosa alih-alih bertanggung-jawab terhadap korban-korbannya. Karenanya, yang lebih hebat ialah mereka yang memilih untuk menjadi seorang ksatriawan, bukan para PENDOSA PEMALAS PENGECUT PENJILAT PECANDU PENGHAPUSAN DOSA—semua orang sanggup menjadi PENDOSA yang MABUK PENGHAPUSAN DOSA, namun tidak semua orang sanggup dan mau menjadi seorang berjiwa ksatria (jentelmen).
Air, secara alamiah-nya mengalir ke arah BAWAH.
Pendosa,
secara alamiah-nya akan condong memeluk agama DOSA.
Yesus memasukkan ke surga, dua penjahat (penyamun) yang turut disalib bersama yesus. Artinya, untuk apa orang-orang kristen jadi orang baik, bila jadi penyamun sekalipun tetap masuk surga hanya karena menjilat bokong yesus?
Izinkan kami bertanya kepada para kaum muslim yang selama ini berdelusi merasa diri mereka sebagai kaum paling superior yang merasa berhak menghakimi kaum lainnya, dimana letak “SUCI”-nya dari Kitab yang justru mempromosikan PENGHAPUSAN DOSA bagi PENDOSA berikut—kesemuanya dikutip dari Hadis Sahih Muslim:
Sering kita jumpai klaim-klaim semisal : artis anu mualaf, dulu kristen lalu pindah ke muslim, atau dulu (ngakunya / KTP) Buddhist lalu pindah ke muslim / kristen, ataupun sebaliknya.
Pertanyaannya, SO WHAT gitu loh?
Lempar batu, sembunyi tangan. Berani berbuat, namun tidak berani bertanggung-jawab—itu namanya PENGECUT alias PECUNDANG KEHIDUPAN.
Pernah
diberitakan, jurnalis meliput aksi persekusi yang dilakukan oleh kalangan
suporter sepakbola yang menganiaya suporter kesebelasan lainnya usai
pertandingan antar dua klub liga lokal.
Sang jurnalis kemudian diintimidasi oleh suporter yang melakukan aksi penganiayaan, bahwa jika sang jurnalis tidak menghapus rekaman video aksi mereka, maka sang jurnalis akan turut dianiaya.
Kita punya hak (asasi) untuk tidak diganggu, sekalipun oleh mereka yang mengatasnamakan kegiatan / ritual agama—terlebih oleh umat “AGAMA DOSA” yang justru mempromosikan PENGHAPUSAN DOSA (bagi PENDOSA, tentunya) alih-alih mengkampanyekan gaya hidup higienis dari kejahatan.
Kita
tidak perlu minta izin siapapun, untuk “TIDAK DIGANGGU”.
“TIDAK DIGANGGU”—terlebih “diganggu” oleh umat “AGAMA DOSA”—merupakan hak asasi manusia setiap individu.
Jika jadi orang jahat saja, masuk surga akibat dogma “PENGHAPUSAN / PENGAMPUNAN / PENEBUSAN DOSA” agama-agama samawi, maka buat apa berbuat baik ataupun menjadi orang baik?
Jika
jadi orang jahat saja, masuk surga berkat ideologi KORUP semacam “PENGHAPUSAN
DOSA” (abolition of sins), maka
mengapa tidak menjadi seorang PENJAHAT alias PENDOSA PECANDU “PENGHAPUSAN
DOSA”?
Pertanyaannya,
itu adalah “Agama SUCI” ataukah “Agama DOSA”?
BUNG, HANYA SEORANG PENDOSA YANG BUTUH PENGHAPUSAN DOSA!
Bagaimanakah, cara agama samawi membuat pemeluknya menjadi JAHAT?
Dogma
paling utama dari agama-agama samawi, ialah ideologi KORUP bernama “PENGHAPUSAN
/ PENGAMPUNAN / PENEBUSAN DOSA”—bagi PENDOSA, tentunya.
Bung,
hanya seorang PENDOSA yang butuh PENGHAPUSAN DOSA (abolition of sins) atau istilah sejenis lainnya.
Untuk apa bicara panjang lebar mengenai “ini dan itu HARAM”, “ini dan itu MAKSIAT”, “ini dan itu DILARANG”, tapi ujung-ujungnya MABUK dan KECANDUAN PENGHAPUSAN DOSA.
Agamais, namun semakin agamais justru kian tidak bermoral. Agamais tidak identik dengan moralis maupun humanis.
Saat
terjadi bencana alam kebakaran hebat di negara Barat, para Muslim yang berdemo
di Kedutaan Besar Amerika Serikat berkata lantang kepada jurnalis suatu media
yang meliput : “Itu adalah AZAB bagi
kafir!”
Namun, sang muslim lupa untuk bercermin : apakah negerinya sendiri, setiap tahunnya kekurangan musibah dan bencana alam?
Agama Kristiani, dibangun dari segala KEPALSUAN—alias “TIDAK OTENTIK”, dibuat-buat, mengada-ngada, kebohongan, dusta, ketidakbenaran, dan PALSU.
- Roma 3:7 Tetapi
jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa
aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?
- Paulus mengabarkan Yesus dengan kepalsuan : Filipi
1:18 Tetapi tidak mengapa, sebab
bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun
dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap
bersukacita,
- Ajaran Paulus bukan dari Tuhan : II Korintus 11:17
Apa yang aku katakan, aku
mengatakannya bukan sebagai seorang yang berkata menurut firman Tuhan,
melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh
bermegah.
- Membenarkan penipuan dan kelicikan untuk
kepentingan hegemoni agama Kristen : Korintus 12:16 Baiklah, aku sendiri tidak merupakan suatu beban bagi kamu, tetapi
dalam kelicikanku aku telah menjerat kamu dengan tipu daya. [Corinthians 12:16 But be it so, I did not
burden you: nevertheless, being crafty, I caught you with guile.]
Itu merupakan “Kitab SUCI” ataukah “Kitab DOSA”?
Ajaran dan pemikiran umat kristiani begitu dangkal. Pertanyaan-pertanyaan dan pemikiran mereka ialah sebatas TETEK-BENGEK penuh OMONG KOSONG, yang tidak ada sangkut-paut ataupun kaitannya dengan kesucian, cara hidup baik dan mulia, menghindari perbuatan jahat yang tercela, maupun praktik latihan “pengendalian diri” (self-control).
Itu
wajar, mengingat umat kristen merupakan PENDOSA PENJILAT PECANDU “PENEBUSAN
DOSA”.
Bung, hanya seorang PENDOSA yang butuh iming-iming korup semacam “PENGAMPUNAN / PENEBUSAN DOSA” (abolition of sins).
Ada yang tahu, arti makna “NASIONALIS”?
“Nasionalis”,
bukan bermakna menjadi pendukung kesebelasan tim nasional saat Piala Dunia,
juga bukan menjadi “polisi moral” yang sibuk mengutuk dan menghakimi bangsa
lain—itu “nasionalis” yang sempit, dangkal, bila tidak dapat disebut sebagai “picik”.
“Nasionalis”
bermakna : tidak menyakiti, tidak merugikan, dan tidak melukai sesama anak
bangsa.
Sanggupkah Anda?
Ada yang mengatakan, jika ada yang memberikan ia bingkisan berupa makanan dan minuman, namun didalamnya terdapat minuman bersoda, maka ia tidak akan mengonsumsinya, juga tidak akan memberikannya kepada orang lain agar tidak ada siapapun yang rusak kesehatannya akibat minuman bersoda.
Kita
tahu, minuman bersoda mengandung asam sulfat yang tidak baik bagi kesehatan, yang
konon dapat mengakibatkan pengeroposan tulang, hingga masalah pemanis buatan.
Namun ada pihak lain yang kemudian menimpali, bahwa membuang bingkisan pemberian orang lain, adalah perbuatan tercela.
“Persona” (Bahasa Latin), artinya “topeng”. Lawan katanya, ialah “Otentik”, alias asli apa-adanya, transparan, tidak artifisial.
Untuk berbuat jahat, seseorang
tidak butuh diajari bagaimana menjadi penjahat ataupun cara berbuat jahat.
Aliran air, secara alamiahnya bergerak menuju ke arah bawah. Sebaliknya,
berbuat bajik, perlu dipelajari, diteladani, dan/atau diajarkan.
Ada banyak keuntungan, bila Anda bersikap “OTENTIK”. Mengapa?
Anda pasti pernah mengalami, kejadian dimana Anda makan satu meja dengan orang nasrani / kristiani. Mereka, dengan sok “agamais” berdoa sebelum makan.
“Oh, Tuhan Kristus, terimakasih atas makanan pemberian-Mu. Terimakasih
anu dan anu.”
Sementara
kita selaku NONkristen, apakah merasa “minder” ataupun “rendah diri”, karena di
agama saya tidak ada ritual semacam itu, makan ya makan saja?
Alih-alih merasa “rendah diri”, kita justru patut merasa geli dan lucu melihat tingkah orang-orang kristen ini.
Pernah suatu hari seorang muslim mencoba berdebat, ketika saya katakan bahwa selama ini di Indonesia, sesama muslim saling menyakiti, saling melukai, saling merugikan, dan saling menipu sesama muslim.
Sehingga, untuk apa
juga kaum muslim sibuk mengurusi, menggurui, serta menghakimi umat beragama
lain maupun negara lain?
Sang muslim kemudian
mendebat, bahwa di negara-negara mayoritas pemeluk Agama Buddha, penghuni
penjaranya ialah narapidana yang beragama Buddha.
Berikut jawaban saya, membuat sang muslim yang semula begitu senang berdebat menjadi merasa malu sendiri:
Orang dungu, disebut dungu, karena mereka mengatasnamakan kemiskinan, lalu berbuat kejahatan untuk mengatasi kemiskinan mereka—sebuah solusi yang “delusif”.
Itulah, yang disebut “kerja bodoh”.
Semisal, supir angkutan umum, mengatas-namakan “kejar setoran”, lalu
memperlakukan penumpang seperti seekor sapi, dimana penumpang belum duduk di
kursi atau belum benar-benar turun namun sang supir sudah “tancap gas”, tidak
menghargai keselamatan penumpang.
Berkebalikan dengan itu, orang cerdas, disebut cerdas, karena mereka mengatasi kesulitan ekonomi dengan cara menanam benih-benih Karma Baik. Kemiskinan sekalipun, bukan menjadi alasan bagi mereka untuk menyakiti, merugikan, ataupun melukai orang lain.
Makna harafiah “Islam”, artinya “PATUH SECARA MUTLAK”.
Artinya, Anda telah
murtad bila menjadi seorang “muslim yang moderat”, yang tidak patuh menjalankan
perintah Allah lewat “sunnah nabi” berikut:
“Saya diperintahkan untuk memerangi
manusia hingga mereka mengucapkan ‘TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH DAN BAHWA
MUHAMMAD RASUL ALLAH’, menghadap kiblat kami, memakan sembelihan kami, dan melakukan
shalat dengan kami. Apabila mereka melakukan hal tersebut, niscaya kami
diharamkan MENUMPAHKAN DARAH dan MERAMPAS HARTA mereka.” [Hadist Tirmidzi No.
2533]
Menurut Anda, otak
terletak / berada di kepala, ataukah di “otot”?
Sejak kapan pula,
“otot” memiliki “otak”?
Namun mengapa ajaran agama berikut, justru dikit-dikit “main otot”, seolah-olah menyelesaikan setiap masalah dengan kekerasan fisik dan pembunuhan sebagai misi misionarisnya.
Umat Agama Samawi yang menjadi Ateis, atau sebaliknya, Ateis menjadi pemeluk Agama samawi, ibarat Keluar Mulut Harimau namun Masuk Mulut Buaya.
Itulah
vonis atas nasib hidup mereka.
Dengan
memilih menjadi negara “NON Blok”, artinya “Blok” itu sendiri, yakni “NON
Blok”.
Sama
halnya, Atheis juga adalah “Agama” itu sendiri, yakni “Agama Atheis”.
Terdapat
dua kutub ekstrem agama yang terdapat di dunia ini, yakni “agama Samawi” dan
“agama Atheis”.
Yang
satu ialah pandangan ekstrem seperti “segala sesuatunya karena Tuhan”
(theisme), sementara yang berseberangan dengannya ialah “segala sesuatunya
berangkat dari kenihilan alias tanpa ada sebab yang mendahului” (nihilisme).
Nihilisme, merupakan bahasa lain dari Atheis/Ateis.
Akal Sakit Milik Orang Sakit, LOGIKA ORANG SAKIT
Terdapat sebuah seni berdebat, dimana ketika kita berhadapan dengan pihak-pihak yang mencoba mendebat kita, kita memakai cara berpikir dan logika pihak tersebut itu sendiri—alias melawan mereka dengan logika milik mereka sendiri. Dalam kesempatan ini, Anda akan belajar seni berdebat tersebut, sekaligus mencerahkan pandangan Anda sendiri.