Melihat Bahaya dalam Pelanggaran-Pelanggaran Kecil, Jangan Diremehkan!

Agama Suci Tidak Mentolerir Kekotoran Batin, Terlebih Meremehkan Bahaya Dibalik Perbuatan Buruk Sekecil Apapun

Question: Terhadap dosa dan maksiat, begitu kompromistik. Namun, mengapa terhadap kaum yang berbeda keyakinan, mereka bisa begitu intoleran? Lalu, dimana letak “suci”-nya dari agama yang justru menghalalkan ideologi korup bernama “penghapusan dosa”, selain sekadar klaim kosong belaka? Ideologi komun!sme saja tidak mengajarkan dogma-dogma korup bagi “koruptor dosa” semacam itu, sehingga mengapa justru komun!sme yang dijadikan sebagai ideologi terlarang di republik ini?

Brief Answer: Bila ada suatu ajaran yang doktrin atau dogmanya seolah-olah diawal begitu “moralis” dalam artian mengajarkan perintah berbuat baik ataupun larangan berbuat buruk / jahat, namun kemudian dinegasikan sendiri oleh dogma atau ajaran internal agama tersebut, lewat iming-iming KORUP semacam “PENGAMPUNAN / PENGHAPUSAN DOSA” maupun “PENEBUSAN DOSA”, maka itu adalah ajaran yang seolah terkesan baik di awal, busuk / buruk di pertengahan, dan sesat di akhir, dengan makna dan kata-kata yang tidak benar, yang menenggelamkan kehidupan spiritual yang murni alias jauh dari kata terpuji ataupun mulia. Ajaran KORUP demikian tidak mengarahkan kepada hancurnya noda-noda berupa kekotoran batin, namun justru memelihara dan memberikan makan kekotoran-kekotoran batin yang bersarang dalam diri para umatnya.

PEMBAHASAN:

Terdapat bahaya dibalik perbuatan-perbuatan buruk yang tercela, dimana salah tetap saja salah, tercela tetap saja tercela, dan buruk tetap saja buruk, sebagaimana khotbah Sang Buddha dalam “Aguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha, JILID III”, Judul Asli : “The Numerical Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012, terjemahan Bahasa Indonesia tahun 2015 oleh DhammaCitta Press, Penerjemah Edi Wijaya dan Indra Anggara, dengan kutipan:

232 (2) Menyenangkan

“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu tuan rumah disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu dan dihormati dan dihargai oleh mereka. Apakah lima ini?

(1) Ia bermoral; ia berdiam dengan terkendali oleh Pātimokkha, memiliki perilaku dan tempat kunjungan yang baik, melihat bahaya dalam pelanggaran-pelanggaran kecil. Setelah menerima aturan-aturan latihan, ia berlatih di dalamnya.

(2) Ia telah banyak belajar, mengingat apa yang telah dipelajari, dan mengumpulkan apa yang telah dipelajari. Ajaran-ajaran itu yang baik di awal, baik di pertengahan, dan baik di akhir, dengan makna dan kata-kata yang benar, yang mengungkapkan kehidupan spiritual yang murni dan lengkap sempurnaajaran-ajaran demikian telah banyak ia pelajari, dihafalkan, dilafalkan, diselidiki dalam pikiran, dan ditembus dengan baik melalui pandangan.

(3) Ia adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik; ia memiliki ucapan yang dipoles, jernih, jelas, ekspresif dalam makna.

(4) Ia memperoleh sesuai kehendaknya, tanpa kesulitan atau kesusahan, keempat jhāna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan keberdiaman yang nyaman dalam kehidupan ini.

(5) Dengan hancurnya noda-noda, ia telah merealisasikan untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini, kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, dan setelah memasukinya, ia berdiam di dalamnya.

Dengan memiliki kelima kualitas ini, seorang bhikkhu tuan rumah disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu dan dihormati dan dihargai oleh mereka.”

~0~

233 (3) Memperindah

“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu tuan rumah memperindah sebuah vihara. Apakah lima ini? [263]

(1) Ia bermoral; ia berdiam dengan terkendali oleh Pātimokkha … ia berlatih di dalamnya.

(2) Ia telah banyak belajar … dan ditembus dengan baik melalui pandangan.

(3) Ia adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik; ia memiliki ucapan yang dipoles, jernih, jelas, ekspresif dalam makna.

(4) Ia mampu mengajari, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan mereka yang mendatanginya dengan khotbah Dhamma.

(5) Ia memperoleh sesuai kehendaknya, tanpa kesulitan atau kesusahan, keempat jhāna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan keberdiaman yang nyaman dalam kehidupan ini. Dengan memiliki kelima kualitas ini, seorang bhikkhu tuan rumah memperindah sebuah vihara.”

~0~

234 (4) Sangat Membantu

“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu tuan rumah sangat membantu bagi sebuah vihara. Apakah lima ini?

(1) Ia bermoral; ia berdiam dengan terkendali oleh Pātimokkha … ia berlatih di dalamnya.

(2) Ia telah banyak belajar … dan ditembus dengan baik melalui pandangan.

(3) Ia memperbaiki apa yang rusak dan pecah.

(4) Ketika sejumlah besar Sagha para bhikkhu tiba termasuk para bhikkhu dari berbagai negeri, ia mendatangi umat-umat awam dan memberitahu mereka: ‘Teman-teman, sejumlah besar Sagha para bhikkhu telah tiba termasuk para bhikkhu dari berbagai negeri. Perbuatlah jasa. Ini adalah kesempatan untuk melakukan jasa.’

(5) Ia memperoleh sesuai kehendaknya, tanpa kesulitan atau kesusahan, keempat jhāna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan keberdiaman yang nyaman dalam kehidupan ini. Dengan memiliki kelima kualitas ini, seorang bhikkhu tuan rumah sangat membantu bagi sebuah vihara.”

Bertolak-belakang dari Buddhisme yang tidak memandang remeh kekotoran batin yang bersarang dalam setiap individu, “Agama DOSA” justru melestarikan dan memelihara kekotoran-kekotoran batin tersebut. Ingat, ideologi KORUP bernama “PENGHAPUSAN DOSA” selalu bundling dengan “DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN”—kesemuanya dikutip dari Hadis Sahih Muslim:

- No. 4852 : “Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Ku dengan membawa kesalahan sebesar isi bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan ampunan sebesar itu pula.

- No. 4857 : “Barang siapa membaca Subhaanallaah wa bi hamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.

- No. 4863 : “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kepada orang yang baru masuk Islam dengan do'a; Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, tunjukkanlah aku, dan anugerahkanlah aku rizki).”

- No. 4864 : “Apabila ada seseorang yang masuk Islam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarinya tentang shalat kemudian disuruh untuk membaca do'a: Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii wa'aafini warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku dan anugerahkanlah aku rizki).”

- No. 4865 : “Ya Rasulullah, apa yang sebaiknya saya ucapkan ketika saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ketika kamu memohon kepada Allah, maka ucapkanlah doa sebagai berikut; 'Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, selamatkanlah aku,”

- Aku mendengar Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Jibril menemuiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya siapa saja yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga.” Maka saya bertanya, ‘Meskipun dia mencuri dan berzina? ‘ Nabi menjawab: ‘Meskipun dia mencuri dan juga berzina’.” [Shahih Bukhari 6933]

- Dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Allah ta’ala telah berfirman : “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih) [Tirmidzi No. 3540]

Bung, hanya seorang PENDOSA yang butuh PENGHAPUSAN DOSA, alias kaum atau kasta paling rendah, hina, kotor, tercela, nista, serta dangkal—juga masih dikutip dari Hadis Muslim:

- No. 4891. “Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memohon kepada Allah Azza wa Jalla. Maka Aisyah menjawab; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa sebagai berikut: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan.’

- No. 4892. “Aku bertanya kepada Aisyah tentang do'a yang biasa dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia menjawab; Beliau membaca: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan.’

- No. 4893. “dari 'Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam do'anya membaca: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukkan sesuatu yang telah aku lakukan, dan dari keburukkan sesuatu yang belum aku lakukan.’”

- No. 4896. “dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau pemah berdoa sebagai berikut: ‘Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan, dan perbuatanku yang terlalu berlebihan dalam urusanku,  serta ampunilah kesalahanku yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah aku dalam kesungguhanku, kemalasanku, dan ketidaksengajaanku serta kesengajaanku yang semua itu ada pada diriku. Ya Allah, ampunilah aku atas dosa yang telah berlalu, dosa yang mendatang, dosa yang aku samarkan, dosa yang aku perbuat dengan terang-terangan dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku,”

- Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu maupun yang akan datang? Rasulullah menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?” [HR Bukhari Muslim]