Tidak Ada Muslim yang Baik, Hanya Orang Jahat yang Tertarik Masuk Islam
Pengalaman nyata terbaru dari penulis berikut ini, merupakan satu dari segelintir kecil contoh konkret betapa kita senantiasa akan dijadikan “KORBAN” oleh kalangan muslim. Singkat kata, pengalaman demi pengalaman pahit berurusan dengan kalangan muslim, semakin kian kita tiba pada kesimpulan tidak terbantahkan bahwa orang-orang beragama islam (kaum muslim) adalah orang-orang JAHAT.
Baru-baru ini, pengelola apartemen tempat penulis
bertempat tinggal, memaksa seluruh penghuni untuk mengganti mesin “KWH meter” untuk
input token prabayar ke masing-masing unit apartemen. Kami, para penghuni,
dipaksa untuk membeli KWH meter baru dari PT. MANDIRI SOLUSINDO PERKASA dengan harga
yang tidak murah, sekalipun KWH meter kami masih berfungsi dengan sangat baik
tanpa masalah.
KWH meter di perumahan-perumahan, bahkan mampu
bertahan hingga lebih dari 30 tahun tanpa masalah. Namun di unit apartemen
penulis, KWH meter lama yang dipasang oleh pengelola apartemen juga adalah dari
merek PT. MANDIRI SOLUSINDO PERKASA. Bila KWH meter seluruh unit milik penghuni
harus diganti meski belum berusia puluhan tahun, artinya KWH meter dari PT.
MANDIRI SOLUSINDO PERKASA memang TIDAK BAGUS (tidak berkualitas dan tidak tahan
lama). Lalu, mengapa harus kembali mengganti dan memasang KWH meter dari PT.
MANDIRI SOLUSINDO PERKASA?
Tanggal 08 Mei 2025, entah petugas dari pengelola
apartemen ataukah pegawai dari PT. MANDIRI SOLUSINDO PERKASA, dua orang wanita
berjilbab (berkudeng atau berhijab) bersama seorang pria berbaju seragam teknisi
dari pengelola apartemen, tiba di unit dimana penulis menghuni, lalu setelah mengganti
KWH meter lama dan memasang mesin KWH meter baru, satu orang wanita berjilbab
(yang pastinya muslim) secara mendadak menyodorkan formulir yang menyuruh penulis
untuk tanda-tangani yang tulisannya sangat kecil, lalu disaat bersamaan seorang
wanita berjilbab lainnya tanpa meminta izin dari penulis, merekam video ke
arah penulis sembari menggunakan lampu / senter dari handphonenya dari jarak sangat
dekat—membuat mata penulis kesakitan mengingat penulis menderita “sensitif
cahaya” (fobia sinar menyilaukan).
Namun, penulis berusaha bersabar dan menahan rasa
sakit yang menusuk mata, tanpa komplain, penulis lalu diperintahkan oleh kedua
wanita berjilbab tersebut untuk bergeser dan berdiri di depan pintu unit milik
penulis untuk mereka rekam—membuat penulis merasa tidak ubahnya seorang
narapidana yang difoto atau direkam, tanpa kebebasan untuk memilih, tanpa hak
untuk memutuskan, tanpa hak untuk didengar keinginannya persetujuan ataupun
penolakan atau keberatannya, tanpa meminta “inform
consent” ataupun seizin dan persetujuan penulis. Alias dipaksakan secara
sepihak, tanpa konsensus. Penulis adalah KONSUMEN, namun didikte dan diperlakukan
bak seorang “pencuri” yang hanya bisa patuh terhadap perintah yang mereka instruksikan.
Akan tetapi, penulis tetap berusaha bersabar, begitu
kooperatif menuruti perintah kedua wanita muslim tersebut tanpa banyak tanya dan
sama sekali tanpa menyatakan keberatan, tidak mengeluh. Lalu sang wanita muslim
kian besar kepala, menyuruh penulis untuk menulis nama lengkap di bawah
tanda-tangan yang telah penulis bubuhkan di formulir yang mereka bawa.
Kesemua itu penulis turuti, namun giliran penulis
meminta hak, dengan bertanya perihal garansi KWH meter tersebut, berapa lama? Mendadak,
tanpa meminta penulis untuk mengecek ke dalam unit apartemen penulis untuk
memastikan apakah meteran listri telah terpasang dengan baik atau belum,
semisal dengan mengecek saklar lampu apakah berfungsi dengan baik mengalirkan
listrik dari KWH meter yang baru dipasang sang teknisi, wanita muslim tersebut
menyatakan bahwa ada garansinya di bagian bawah kotak kemasan KHW meter baru
yang barusan dipasang.
Betapa tidak perdulinya kedua muslimah tersebut
terhadap apa yang namanya “hak-hak konsumen”. Untuk hal serius semacam
pemasangan KWH meter, adalah etika bisnis untuk memastikan listrik di dalam
unit konsumen berfungsi dengan baik sebelum pergi meninggalkan lokasi. Telah ternyata
dibaikan dan dianggap tidak memiliki arti apapun bagi kedua muslimah tersebut.
Penulis kembali bertanya untuk konfirmasi, betulkah
seperti kata mereka barusan, ada keterangan garansinya di dalam kemasan kotak
KWH meter baru yang baru dipasang (KWH meter yang tampak “murahan”, dimana
bahkan kotak kemasannya tidak tercantum merek atau keterangan apapun alias
produk abal-abal tidak bonafid, dimana penghuni dipaksa membayar hampir satu
juta rupiah untuk KHW meter PT. MANDIRI SOLUSINDO PERKASA tersebut), kedua
wanita muslim tersebut menjawab “Ya”, sembari seketika pergi begitu saja
meninggalkan penulis (HIT and RUN)
tanpa sikap bertanggung-jawab memastikan produk berfungsi dengan baik setelah
pemasangan KHW meter. Mengapa untuk menjawab pertanyaan sederhana perihal masa
garansi produk saja, begitu tidak transparan?
Kecurigaan penulis terbukti, ketika penulis
akhirnya membongkar isi dalam kemasan KWH meter (KWH meter dan kemasannya mana
tidak diberi hak kepada konsumen untuk “unboxing”,
sehingga bisa jadi itu KHW meter bekas pakai), telah ternyata TIDAK TERDAPAT BUKU
GARANSI ATAUPUN KETERANGAN GARANSI APAPUN, ALIAS “TIDAK ADA GARANSI SAMA SEKALI”!
Penulis telah begitu bersabar diperlakukan bak
pencuri, konsumen namun diperintahkan bak narapidana, mata kesakitan ditembak
sinar senter handphone dari jarak dekat, direkam video bak kriminil, akan tetapi
dibalas oleh kedua wanita muslimah tersebut dengan KEBOHONGAN, PELECEHAN, serta
DUSTA!
Sungguh menyesal penulis bersikap lunak dan baik
terhadap kalangan muslim. Adalah delusi serta “harapan kosong” ketika kita
berharap “bersikap baik dan kooperatif maupun sabar” akan dihargai, telah ternyata
“bertepuk sebelah tangan” jika yang kita hadapi ataupun berikan kebaikan hati
ialah kalangan muslim.
Seharusnya, sedari sejak awal penulis bersikap
tegas. Ketika wanita muslimah tersebut merekam penulis memakai handphone sang
muslimah tanpa seizin penulis, penulis seharusnya membentak mereka : “SIAPA YANG IZINKAN KAMU MEREKAM SAYA? SOPAN
SEKALI KALIAN MEREKAM-REKAM ORANG TANPA IZIN! MATIKAN HANDPHONE KAMU, SAKIT
MATA SAYA KAMU SENTER DARI DEKAT SEPERTI ITU! ATAU SAYA AMBIL DAN LEMPAR ITU
HANDPHONE KAMU!”
Jika mereka bersikeras dengan beralibi bahwa itu
SOP mereka, diinstruksikan atasan kantor ataupun dalil lainnya, maka penulis seyogianya
bersikap lebih tegas dan lebih keras terhadap kedua muslimah tersebut :
“KAPAN KALIAN MINTA IZIN, MEREKAM
SAYA?”
“APA HAK KALIAN, MEREKAM SAYA?”
“SAYA INI MALING ATAU KONSUMEN?”
“SAYA BAYAR MAHAL UNTUK KHW METER ITU, NAMUN KALIAN
PERLAKUKAN SEPERTI MALING, TIDAK SOPAN SIKAP KALIAN!”
“JAWAB, KAPAN KALIAN MINTA IZIN, MEREKAM SAYA? KAPAN SAYA
IZINKAN KALIAN MEREKAM SAYA? SAYA TIDAK PERNAH IZINKAN KALIAN MEREKAM SAYA! APA
HAK KALIAN, MEREKAM SAYA? SAYA INI MALING ATAU KONSUMEN!? LANCANG SEKALI KALIAN,
MEMPERLAKUKAN KONSUMEN SEPERTI SEORANG MALING! SOPAN TIDAK KAMU, REKAM-REKAM
ORANG TANPA IZIN SEPERTI ITU! JAWAB!”
Menyakiti, melukai, dan merugikan—dijadikan
KORBAN—itulah pengalaman yang selalu penulis rasakan dan alami sendiri sedari sejak
sangat kecil hingga tumbuh besar hampir separuh abad lamanya tinggi di negeri yang
banyak terdapat “manusia serigala” bernama muslim berkeliaran mencari mangsa. Sudah
tidak terhitung, pengalaman pahit dijadikan KORBAN oleh para muslim di Tanah Air.
Ujung rambut sampai ujung kaki ditutup busana,
namun tidak menyadari bahwa AURA TERBESAR ialah berbuat dosa / jahat serta
mengharap “PENGHAPUSAN DOSA”—antara “PENGHAPUSAN DOSA” dan “DOSA-DOSA UNTUK
DIHAPUSKAN’”, sifatnya selalu bundling alias saling berkomplomenter. Justru menjadi
mengherankan, bilamana ada orang baik beragama islam. Orang baik dalam islam, adalah
“OKNUM”.
Makanannya “halal”, namun ucapannya, penuh
KEBOHONGAN, DUSTA, BUSUK, LANCANG, penuh TIPU MUSLIHAT, serta TIDAK BISA
DIPERCAYA!
Babi mereka sebut sebagai “haram”. Namun “PENGHAPUSAN
DOSA” bagi “KORUPTOR DOSA”, mereka sebut sebagai “halal”—“halal lifestyle”-nya
para muslim. Terhadap dosa dan maksiat begitu kompromistik. Namun terhadap kaum
yang berbeda keyakinan, begitu intoleran. itulah MUSLIM, itulah MUSLIM, itulah MUSLIM,
itulah MUSLIM sejak puluhan tahun lalu, itulah MUSLIM saat kini, dan itulah MUSLIM
dimasa-masa yang akan datang!
Tidak ada orang-orang baik ataupun orang suci,
yang berminat untuk memakan serta termakan terlebih memeluk ideologi KORUP bagi
“KORUPTOR DOSA” yang kotor, tercela, menjijikkan, hina, dangkal, serta rendahan
berikut—kesemuanya
dikutip dari Hadis Sahih Muslim:
- No.
4852 : “Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Ku dengan membawa kesalahan sebesar isi
bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan
ampunan sebesar itu pula.”
- No.
4857 : “Barang siapa membaca
Subhaanallaah wa bi hamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus
kali dalam sehari, maka dosanya akan
dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.”
- No.
4863 : “Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengajarkan kepada orang yang baru masuk Islam dengan do'a;
Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
tunjukkanlah aku, dan anugerahkanlah aku rizki).”
- No.
4864 : “Apabila ada seseorang yang masuk
Islam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarinya tentang shalat kemudian
disuruh untuk membaca do'a: Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii wa'aafini
warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku,
kasihanilah aku, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku dan anugerahkanlah aku
rizki).”
- No.
4865 : “Ya Rasulullah, apa yang sebaiknya
saya ucapkan ketika saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha
Agung?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ketika kamu
memohon kepada Allah, maka ucapkanlah doa sebagai berikut; 'Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
selamatkanlah aku,”
- Aku
mendengar Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Jibril menemuiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya siapa saja
yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga.” Maka saya bertanya,
‘Meskipun dia mencuri dan berzina? ‘ Nabi menjawab: ‘Meskipun dia mencuri dan juga berzina’.” [Shahih
Bukhari 6933]
- Dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata :
Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Allah
ta’ala telah berfirman : “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi.
Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai
setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi
ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan
sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan
sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih) [Tirmidzi No.
3540]
Jangankan
para muslim, nabi rasul allah junjungannya para muslim saja begitu tergila-gila
pada mabuk dan kecanduan “PENGHAPUSAN DOSA” dimana jelas-jelas hanya seorang pendosa yang butuh “PENGHAPUSAN
DOSA”, sehingga sejujurnya tidaklah mengherankan bilamana kaum muslim
memperlihatkan sikap-sikap maupun sifat-sifat kasta paling rendah, kotor,
dangkal, tercela, nista, primitif, serta biadab (tidak beradah)—juga masih
dikutip dari Hadis Muslim:
- No.
4891. “Saya pernah bertanya kepada Aisyah
tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memohon kepada Allah Azza wa Jalla. Maka Aisyah
menjawab; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa
sebagai berikut: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan
yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4892. “Aku bertanya kepada Aisyah tentang
do'a yang biasa dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia
menjawab; Beliau membaca: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku
lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4893. “dari 'Aisyah bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di dalam do'anya membaca: ‘Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari keburukkan
sesuatu yang telah aku lakukan, dan dari keburukkan sesuatu yang belum aku
lakukan.’”
- No. 4896. “dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bahwasanya beliau pemah berdoa sebagai berikut: ‘Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan, dan
perbuatanku yang terlalu berlebihan dalam urusanku, serta ampunilah
kesalahanku yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah aku dalam kesungguhanku, kemalasanku, dan ketidaksengajaanku serta kesengajaanku yang semua itu ada pada
diriku. Ya Allah, ampunilah aku atas
dosa yang telah berlalu, dosa yang mendatang, dosa yang aku samarkan, dosa yang
aku perbuat dengan terang-terangan dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya
daripada aku,”
- Aisyah
bertanya kepada Rasulullah SAW, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya
bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu
maupun yang akan datang? Rasulullah menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi
seorang hamba yang banyak bersyukur?” [HR
Bukhari Muslim]