Pembenaran Diri (Ideologi HAPUS DOSA) Sejatinya
Memelihara Noda-Noda Kekotoran Batin
Dogma-Dogma Agama Samawi “As a Tool of CRIME”—“PENGHAPUSAN DOSA” Selalu Bundling dengan “DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN”
Question: Apakah yang dimaksud dengan istilah “pembenaran diri”? Apakah bisa, dogma-dogma keagamaan (justru) dijadikan alat sempurna untuk melakukan “pembenaran diri” untuk melakukan kejahatan?
Brief Answer: Menjustifikasi atau mencari-cari maupun mengada-ngada
pembenaran diri atas perbuatan dan ucapan ataupun kelalaiannya untuk mengambil
suatu sikap tertentu, adalah sebuah akrobatik upaya “jungkir-balik logika moral”
seolah-olah yang “benar menjadi salah” dan yang “salah menjadi benar”, dengan
memakai retorika kata-kata yang tampak canggih dan berputar-putar, yang
bermaksud untuk memanipulasi daya cerna maupun daya tangkap audiens-nya. Namun,
tidak jarang terjadi seseorang membuat “pembenaran diri” kepada dirinya
sendiri, sehingga dirinya tidak perlu merasa bersalah melakukan sesuatu yang
sejatinya ia sendiri ketahui betul itu keliru dan tercela.
Contoh paling ekstrem dari “pembenaran diri”, ialah ideologi KORUP
berikut : Babi, disebut sebagai “haram”. Namun, disaat bersamaan, “PENGAMPUNAN
/ PENGHAPUSAN DOSA” disebut sebagai “halal” serta dijadikan semboyan “halal lifestyle”. Alih-alih sibuk
bertanggung-jawab atas kerugian maupun luka dan derita korban, para PENDOSA
PECANDU PENGHAPUSAN DOSA (para KORUPTOR DOSA) tersebut justru lebih sibuk melakukan
ritual permohonan “PENGHAPUSAN DOSA”, begitu pengecut serta tidak mencerminkan
sifat maupun sikap bertanggung-jawab.
PEMBAHASAN:
Untuk memudahkan pemahaman perihal “pembenaran diri”,
ilustrasi berikut dapat cukup menjelaskan dengan mudah. Ada seorang pemancing,
yang dalam kesehariannya gemar memancing ikan. Sang pemancing, membuat
pembenaran diri, bahwa ikan yang terpancing olehnya ialah ikan-ikan yang memang
mau dipancing. Faktanya, tidak ada hewan yang mau dibunuh (dirampas hak
hidupnya) terlebih tersiksa oleh kail pancingan. Buktinya, ikan akan
menggelep-gelepar ketika berada di daratan kehabisan nafas dan mulutnya
mengeluarkan darah akibat terkait kail pancing. Seekor anjing sekalipun akan
melarikan diri ketika disakiti. Konkretnya, ikan tersebut terjaring kail
pancing karena sang pemancing memasang umpan di mata kail pancingnya. Tanpa umpan
tersebut, mustahil ikan tersebut akan dengan bodohnya secara sukarela menggigit
kait pancingan.
Seseorang
disebut sebagai terpelajar, karena mampu melaukan introspeksi diri, sebagaimana
khotbah Sang Buddha dalam “Aṅguttara
Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha, JILID IV”, Judul Asli : “The
Numerical Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāḷi
oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012, terjemahan Bahasa Indonesia tahun
2015 oleh DhammaCitta Press, dengan kutipan sebagai berikut:
27 (9) Kekuatan (1)
“Para bhikkhu, ada delapan
kekuatan ini. Apakah delapan ini?
(1) Kekuatan anak-anak adalah
menangis;
(2) kekuatan para perempuan
adalah kemarahan;
(3) kekuatan para pencuri
adalah senjata;
(4) kekuatan raja-raja adalah
kekuasaan;
(5) kekuatan orang-orang
dungu adalah mengeluh;
(6) kekuatan para bijaksana
adalah kehati-hatian;
(7) kekuatan para terpelajar
adalah refleksi;
(8) kekuatan para petapa dan
brahmana adalah kesabaran.
Ini adalah kedelapan kekuatan
itu.”
~0~
28 (8) Kekuatan (2)
Yang Mulia Sāriputta mendatangi
Sang Bhagavā … Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: [224]
“Sāriputta, ketika noda-noda
seorang bhikkhu telah dihancurkan, berapa banyakkah kekuatan yang ia miliki yang
karenanya ia boleh mengaku: ‘Noda-nodaku telah dihancurkan’?”
“Bhante, ketika noda-noda
seorang bhikkhu telah dihancurkan, maka ia memiliki delapan kekuatan yang
karenanya ia boleh mengaku: ‘Noda-nodaku telah dihancurkan.’ Apakah delapan
ini?
(1) “Di sini, Bhante, seorang
bhikkhu dengan noda-noda dihancurkan telah dengan jelas melihat segala fenomena
terkondisi sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai tidak kekal.
Ini adalah satu kekuatan seorang bhikkhu dengan noda-noda dihancurkan yang karenanya
ia boleh mengaku: ‘Noda-nodaku telah dihancurkan.’
(2) “Kemudian, seorang bhikkhu
dengan noda-noda dihancurkan telah dengan jelas melihat kenikmatan-kenikmatan
indriawi sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai serupa dengan
lubang arang membara. Ini adalah satu kekuatan seorang bhikkhu dengan
noda-noda dihancurkan …
(3) “Kemudian, pikiran seorang
bhikkhu dengan noda-noda dihancurkan melandai, miring, dan condong pada
kesendirian; pikirannya terasing, bersenang dalam pelepasan keduniawian,
dan sepenuhnya selesai dengan segala sesuatu yang menjadi landasan bagi
noda-noda. Ini adalah satu kekuatan seorang bhikkhu dengan noda-noda
dihancurkan …
[Kitab Komentar mendefinisikan
“pikiran terasing” dari bahasa aslinya Pali, sebagai “menarik diri, menjauhi,
menyendiri, mengasingkan diri.”]
(4) “Kemudian, seorang bhikkhu
dengan noda-noda dihancurkan telah mengembangkan dan mengembangkan dengan baik keempat
penegakan perhatian. Karena [225] itu, ini adalah satu kekuatan seorang
bhikkhu dengan noda-noda dihancurkan …
(5) – (8) “Kemudian, seorang
bhikkhu dengan noda-noda dihancurkan telah mengembangkan dan mengembangkan
dengan baik empat landasan kekuatan batin … lima indria spiritual
… tujuh faktor pencerahan … jalan mulia berunsur delapan. Ini
adalah satu kekuatan seorang bhikkhu dengan noda-noda dihancurkan yang
karenanya ia boleh mengaku: ‘Noda-nodaku telah dihancurkan.’
“Bhante, ketika noda-noda
seorang bhikkhu telah dihancurkan, maka ia memiliki kedelapan kekuatan ini yang
dengan berlandaskan pada kekuatan-kekuatan ini ia boleh mengaku: ‘Noda-nodaku
telah dihancurkan.’”
Contoh lain pembenaran diri, ialah aksi MABUK dan
KECANDUAN “PENGAMPUNAN / PENGHAPUSAN DOSA”, dimana itu mencerminkan sifat orang-orang
DUNGU, alias bukan orang bijak juga bukan cerminan dari orang terpelajar—kesemuanya
dikutip dari Hadis Sahih Muslim:
- No.
4852 : “Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Ku dengan membawa kesalahan sebesar isi
bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan
ampunan sebesar itu pula.”
- No.
4857 : “Barang siapa membaca
Subhaanallaah wa bi hamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus
kali dalam sehari, maka dosanya akan
dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.”
- No.
4863 : “Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengajarkan kepada orang yang baru masuk Islam dengan do'a;
Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
tunjukkanlah aku, dan anugerahkanlah aku rizki).”
- No.
4864 : “Apabila ada seseorang yang masuk
Islam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarinya tentang shalat kemudian
disuruh untuk membaca do'a: Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii wa'aafini
warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku,
kasihanilah aku, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku dan anugerahkanlah aku
rizki).”
- No.
4865 : “Ya Rasulullah, apa yang sebaiknya
saya ucapkan ketika saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha
Agung?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ketika kamu
memohon kepada Allah, maka ucapkanlah doa sebagai berikut; 'Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
selamatkanlah aku,”
- Aku
mendengar Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Jibril menemuiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya siapa saja
yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga.” Maka saya bertanya,
‘Meskipun dia mencuri dan berzina? ‘ Nabi menjawab: ‘Meskipun dia mencuri dan juga berzina’.” [Shahih
Bukhari 6933]
- Dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata :
Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Allah
ta’ala telah berfirman : “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi.
Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai
setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi
ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan
sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan
sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih) [Tirmidzi No.
3540]
Bung,
hanya seorang PENDOSA yang butuh “PENGHAPUSAN DOSA”. PENDOSA PECANDU
PENGHAPUSAN DOSA, namun hendak berceramah perihal akhlak, hidup suci, baik,
mulia, lurus, adil, luhur, serta agung? Itu menyerupai ORANG BUTA yang hendak
menuntun para butawan lainnya, neraka pun dipandang sebagai surga,
berlomba-lomba dan berbondong-bondong dengan bangga penuh percaya-diri mereka
terperosok menuju lembah-jurang-nista yang begitu gelap nan kelam. Terhadap
dosa dan maksiat, begitu kompromistik. Akan tetapi terhadap kaum yang berbeda
keyakinan, begitu intoleran.
“PENGHAPUSAN
DOSA” (abolition of sins), sifatnya
selalu bundling / komplomenter dengan “DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN”, dimana
hanya seorang PENDOSA yang butuh ideologi KORUP semacam “PENGHAPUSAN DOSA”
demikian. “Kabar gembira” bagi pelaku kejahatan (pendosa), sama artinya “kabar
buruk dan duka” bagi kalangan korban. Dogma KORUP semacam “PENGHAPUSAN /
PENGAMPUNAN DOSA” maupun “PENEBUSAN DOSA”, sejatinya hanya dinikmati oleh
kalangan “KORUPTOR DOSA”, namun masih juga berdelusi sebagai kaum paling
superior yang berhak menceramahi disamping berdelusi dengan merasa sebagai
“polisi moral” yang berhak menghakimi kaum lainnya—juga masih dikutip dari
Hadis Muslim:
- No.
4891. “Saya pernah bertanya kepada Aisyah
tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memohon kepada Allah Azza wa Jalla. Maka Aisyah
menjawab; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa
sebagai berikut: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan
yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4892. “Aku bertanya kepada Aisyah tentang
do'a yang biasa dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia
menjawab; Beliau membaca: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku
lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4893. “dari 'Aisyah bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di dalam do'anya membaca: ‘Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari keburukkan
sesuatu yang telah aku lakukan, dan dari keburukkan sesuatu yang belum aku
lakukan.’”
- No. 4896. “dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bahwasanya beliau pemah berdoa sebagai berikut: ‘Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan, dan
perbuatanku yang terlalu berlebihan dalam urusanku, serta ampunilah
kesalahanku yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah aku dalam kesungguhanku, kemalasanku, dan ketidaksengajaanku serta kesengajaanku yang semua itu ada pada
diriku. Ya Allah, ampunilah aku atas
dosa yang telah berlalu, dosa yang mendatang, dosa yang aku samarkan, dosa yang
aku perbuat dengan terang-terangan dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya
daripada aku,”
- Aisyah
bertanya kepada Rasulullah SAW, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya
bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu
maupun yang akan datang? Rasulullah menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi
seorang hamba yang banyak bersyukur?” [HR
Bukhari Muslim]