Tes SQ (Spiritual Queotient, Kecerdasan Spiritual) Anda Disini, Keyakinan yang Berstandar-Ganda

Pertanyaan bagi para Muslim, Mohon Klarifikasi dan Dijawab

Diluar Agama Islam, Semuanya Serba Salah, Sesat, dan Jahat

Apapun yang Mengatasnamakan Islam, Semuanya Serba Benar, Lurus, dan Suci

Sering penulis menuturkan, tingkat SQ seseorang berkorelasi erat dengan tinggi atau rendahnya IQ masing-masing individu. Dalam “test case” berikut di bawah ini, kita akan bersama-sama menguji level atau tingkat SQ Anda, sebagai sebuah “self test”, sekaligus bahan renungan betapa suatu kaum tertentu kerap mengatas-namakan agama untuk menjustifikasi apapun, tidak terkecuali sebagai pembenaran diri untuk perbuatan yang keliru dan tidak dapat dibenarkan secara etika maupun secara moril.

Zolim namun Teriak Dizolimi, sebagai Alasan Pembenar untuk Bersikap Radikal Membunuh, sebuah Modus

SENI JIWA

Pertanyaan bagi para Muslim, Mohon Klarifikasi dan Dijawab

Sekalipun memang benar telah dizolimi, namun apakah artinya sampai harus membalas dengan sebuah pertumpahan darah, korban jiwa, bahkan hingga pembunuhan? Senggol dikit, bunuh. Singgung dikit, bunuh. Sikut dikit, bunuh. Sungguh pendek “sumbu”-nya, dimana segala sesuatu diselesaikan dengan kekerasan fisik, bahkan pembunuhan untuk membungkam segala sesuatu yang bersifat majemuk atau berbeda. Segala sesuatu, mengatas-namakan agama sebagai alibi untuk perbuatan-perbuatan tercela seperti “parkir liar” (itu sedang dalam rangka beribadah, bagaimana ketika mereka tidak sedang beribadah dan tidak sedang memakai busana agamais?), mengait-kaitkan dengan agama, menjadikan ayat-ayat keagamaan sebagai justifikasi untuk melakukan perbuatan tercela, bahkan mengeluhkan praktik ibadah kaum agama tertentu yang menimbulkan “polusi suara” dipandang sebagai “menista toa speaker pengeras suara = menista agama”.

Anda Pikir Diri Anda adalah Tuhan, yang Merasa Berhak Mencobai atau Menguji Orang Lain?

SENI SOSIAL

Untuk Anak Sendiri, Kok Dicoba-Coba?!

Kampanye Gerakan SAYANG ANAK (maka juga) SAYANG UMAT MANUSIA

Question: Sering dibuat gerah juga geram, betapa tidak, orang-orang kerap membuat saya kesal, dengan alasan sedang menguji kesabaran saya. Mereka pikir diri mereka itu siapa, merasa berhak menguji kesabaran orang lain tanpa diminta? Siapa juga yang suka diuji-uji kesabarannya, lantas seolah untuk itu mereka berhak bertindak seenaknya terhadap diri kita, kemudian masih pula men-cap (memberi label) sebagai tidak lulus ujian kesabaran. Siapa juga yang mau dan yang berhak membuat standar kesabaran.

Jika mau tuntut orang agar lapang dada dan berbesar hati juga penuh kesabaran, sesabar mayat yang hanya bisa diam terbujur kaku disakiti seperti apapun, mengapa tidak mereka tuntut diri mereka sendiri saja alih-alih menuntut orang lain untuk bersikap sabar terhadap mereka? Mereka sendiri ternyata tidak punya kesabaran terhadap orang lain maupun kepada diri mereka sendiri, namun masih juga menuntut orang lain untuk bersikap sabar terhadap mereka.

Siapa yang paling Perlu Belajar HAM, Hak Asasi Manusia?

SENI SOSIAL

Agama DOSA (Kitab DOSA) Vs. Konsep Hak Asasi Manusia Vs. Disiplin Moralitas, yang manakah Anda?

Question: Siapa saja, yang perlu memelajari dan memahami ajaran tentang konsep hak asasi manusia?

Lebih Enak jadi Buddhist, Umat Agama Buddha

SENI PIKIR & TULIS

Hidup Berdampingan dengan para PENDOSA, Nyamankah Anda?

Umat Buddhist sejati, dicirikan oleh wataknya yang damai dan hening (tidak suka merampas hak-hak orang lain, terutama tabiat anti kekerasan, ahimsa), tidak mudah tersulut emosi ataupun “kesetanan” dan sedikit-sedikit “main hakim sendiri” (kekerasan fisik seperti menganiaya, merusak, menghancurkan, membakar, bahkan hingga membunuh) ketika baru sedikit disinggung atau merasa tersinggung (pendek “sumbu”-nya). Umat Buddhist sudah cukup bahagia dengan hidupnya, tanpa perlu merampas hak-hak pihak lain, karenanya lebih damai, lebih hening, dan lebih penuh kepuasan hidup, karenanya tidak mudah “mabuk” harta maupun “kesetanan” (tersulut untuk menganiaya orang lain).

Ciri Bangsa yang PENGECUT Sekaligus PEMALAS

Manusia adalah MAKHLUK YANG IRASIONAL

Betapa Tidak, Sebagian Diantara Kita PELIT dan KIKIR dalam Menanam Benih Karma Baik, Menyia-Nyiakan Kesempatan Berbuat Kebajikan yang Dibiarkan Lewat Begitu Saja di Depan Mata, dan Disaat Bersamaan Tidak Takut Berbuat Dosa untuk Dipetik Sendiri Konsekuensinya

Banyak kesempatan untuk berbuat baik yang sejatinya selalu muncul di hadapan kita, namun lebih banyak disia-siakan dan tidak dihargai berbagai kesempatan berharga tersebut yang justru biarkan lewat berlalu secara begitu saja, bahkan mengganggapnya sekadar sebagai gangguan semata untuk secepatnya disingkirkan—akibat kebodohan batin yang begitu tebal menutupi mata. Banyak diantara masyarakat kita di Indonesia, sebagai fenomena sosial atau memang sudah menjadi kultur, bersikap seolah-olah “sok sibuk”, namun waktu dan kehidupan mereka ternyata hanya diisi oleh kegiatan-kegiatan tidak produktif disamping kesibukan “sok sibuk” itu sendiri. “Sok sibuk” untuk “sok sibuk”, gejala khas fenomena sosial masyarakat urban yang telah menjadi kultur tersendiri di tengah masyarakat kita.

Menjadi Berbeda merupakan Hak Asasi Manusia, Hak untuk menjadi Majemuk dan Tampil Beda, Apa Adanya, menjadi Diri Kita Sendiri

HERY SHIETRA, Menjadi Berbeda merupakan Hak Asasi Manusia, Hak untuk menjadi Majemuk dan Tampil Beda, Apa Adanya, menjadi Diri Kita Sendiri

Banyak hal buruk serta tragedi kemanusiaan tercipta di muka bumi,

Semata karena kita tidak memiliki keberanian untuk menyatakan bahwa kita memang berbeda dengan mereka,

Dan mengakui betapa kita berbeda adanya dengan mereka.

Apakah Salah, Terlahir sebagai seorang INTROVERT?

SENI SOSIAL

Menjadi seorang INTROVERT (secara Kontras Berkebalikan dari Ekstrovert), Bukanlah sebuah Dosa, Tabu, maupun Aib untuk Dihakimi

FRAMING Versus RE-FRAMING

Question: Apakah salah, tampil apa-adanya sebagai diri kita sendiri? Semisal diri kita adalah seorang introvert murni, maka apakah merupakan hal “tabu” untuk bersikap sebagai seorang introvert apa-adanya, “aib” untuk ditutupi rapat-rapat, ataupun “dosa” sehingga perlu merasa malu? Apakah bila kita memang atau mengakui diri sebagai seorang introvert, lantas orang lain maupun masyarakat menjadi memiliki hak untuk menghakimi, melecehkan, ataupun mendikreditkan orang-orang yang memang dasariahnya memang terlahir dalam kondisi tipe introvert?

Apakah kita harus menguras energi mental dengan bersikap “heboh”, semata-mata agar pada persona (topeng) diri kita tampak atau dikenal sebagai seorang ekstrovert? Saya lebih suka menjadi seorang pendiam dalam kesibukan sendiri ataupun kreativitas diri, daripada memaksakan diri menjadi seorang “norak” dengan kebanggaan konyol-bodoh milik mereka. Sejarah telah membuktikan, para tokoh-tokoh jenius dunia dan produktif dalam ilmu pengetahuan dan inovasi, mereka merupakan para golongan introvert. Menjadi introvert, adalah berkah tersendiri, alih-alih “kutukan”.

Para jenius tersebut, mungkin saja tidak berteman dengan semua atau banyak orang, tapi siapa yang tidak mengenal sosok sang jenius tersebut? Saya lebih suka menggali potensi dalam diri saya sendiri, daripada sibuk membuang waktu produktif yang amat sangat berharga untuk memuaskan dan menyenangkan semua orang di sekeliling saya ataupun setiap orang yang berjumpa dengan saya. Apakah salah, jika saya punya pendirian yang seolah menentang budaya sosial yang dibentuk (framing, pembingkaian) oleh masyarakat kita yang para ekstrovert semacam itu?

Manusia Terlahir (dalam Kondisi) IRASIONAL dan NAIF, bukan Putih Bersih Polos

SENI PIKIR & TULIS

Belajar dan Evaluasi Diri, Introspeksi Diri dalam Rangka Tidak Menjadi seorang “IGNORANT”

Proses Belajar, Evaluasi, dan Perbaikan Diri menjadi Penting dalam Rangka Menjaga Kemanusiaan Diri

Dalam banyak kesempatan, penulis tidak bosan menyampaikan bahwa kita semua, tanpa terkecuali diri penulis secara pribadi, merupakan para makhluk yang terlahir dalam kondisi tidak rasional—sehingga anekdot anak manusia ibarat kertas yang putih bersih, hanyalah mitos belaka. Singkatnya, penulis hendak mewartakan kabar buruk bahwasannya “manusia merupakan makhluk irasional”, dimana kabar baiknya ialah kita dapat mendidik diri kita sendiri dalam rangka perbaikan diri, terutama terhadap sifat-sifat irasional yang bersemayam dalam benak kita, dengan terlebih dahulu mengidentifikasikannya sebelum kemudian meng-kondisikan kebiasaan berpikir baru yang lebih rasional.

Jangan PERKOSA AGAMA Lawan Bicara Anda

SENI SOSIAL

Agama Baru, Agama MAU MENANG SENDIRI dan MERASA BENAR SENDIRI

Kompromistik terhadap Dosa dan Maksiat (dengan Menjadi Pelanggan Setia Iming-Iming Penghapusan Dosa), namun Disaat Bersamaan demikian Intoleran terhadap Kemajemukan Umat Beragama

Question: Mengapa mengumandangkan ayat-ayat kitab agama pada tempat ibadah kami, dengan menggunakan speaker pengeras suara (eksternal) yang dipasang pada gedung tempat ibadah kami, dianggap atau dipandang sebagai “polusi suara” oleh umat agama lain? Justru saya selaku umat (yang sama dengan agama sebagaimana tempat ibadah yang selama ini memasang speaker pengeras suara eksternal) merasa senang dan suka dengan lantunan ayat-ayat yang dikumandangkan lewat pengeras suara, sejuk rasanya di telinga kami.

Kejahatan Bukan Terjadi Akibat Kecintaan Diri terhadap Diri Kita Sendiri, namun Terjadi Akibat Kurangnya Kecintaan Kita terhadap Diri Kita Sendiri

SENI SOSIAL

Ketergantungan terhadap Alibi, Alibi sungguh Adiktif, Meracuni, dan Pemakai Alibi akan Mencandu Alibi

Question: Tidak sedikit kita telah pernah menjumpai seseorang, yang menjadi pemabuk atau pecandu nikotin tembakau atau bahkan obat-obatan terlarang, dengan alasan keluarganya berantakan, tekanan pekerjaan atau sebaliknya karena faktor penganguran, tekanan ekonomi atau sebaliknya karena terlampau banyak uang namun merasa belum memiliki kepuasan hidup sehingga mencari penyakit sendiri atau sensasi, bahkan hingga alasan putus cinta karena diputus oleh pacar. Apakah alasan-alasan semacam itu, benar adanya atau hanya alasan pembenar saja untuk membenarkan kebiasaan tidak sehat mereka itu sendiri?

Makna & Contoh MANUSIA ADALAH MAKHLUK IRASIONAL

SENI PIKIR & TULIS

Manusia Tidak Terlahir dalam Kondisi Putih Bersih seperti Asumsi pada Umumnya

Question: Seperti apa maksudnya, ketika disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang irasional?